MAKALAH
Sejarah Timbulnya Ilmu Kalam Dan Hubungan Ilmu Kalam
Dengan Filsafat Dan Tasawuf
Disusun
Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah Aqidah Ilmu Kalam Semester VIII B
Dosen
Pembimbing:
Lailatul maskhurah STh.I, MPd.I
Disusun
Oleh:
Aminur
Rohim
Mat Rohim
M. Sholihin
SEKOLAH
TINGGI ILMU TARBIYAH
AL
URWATUL WUTSQO – JOMBANG
PRODI
S-1 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2015/2016
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Ilmu kalam
merupakan disiplin ilmu keislaman yang banyak mengedepankan pembicaraan tentang
persoalan-persoalan kalam Tuhan. Jika pembicaraan ilmu kalam hanya berkisar
pada keyakinan-keyakinan yang harus di pegang oleh umat islam, tanpa
argumentasi rasional, ilmu ini lebih spesifik mengambil bentuk sendiri dengan
istilah ilmu tauhid atau ilmu ‘aqa’id. Pembicaraan materi-materi yang
tercakup dalam ilmu kalam terkesan tidak menyentuh dzauq ( rasa
rohaniah).
Kajian agama
erat hubungannya dengan kajian filosofis, lantaran agama juga menyangkut fundamental
value dan ethnic values, untuk tidak semata mata bersifat teologis.
Hal demikian dapat dimaklumi, lantaran pendekatan legal-formal dan lebih-lebih lagi pendekatan fiqh jauh
lebih dominan dari pada pendekatan yang lainnya.
Baik ilmu
kalam,filsafat, maupun tasawuf berurusan dengan hal yang sama, yaitu kebenaran.
Ilmu kalam, dengan metodenya berusaha mencari kebenaran tentang Tuhan dan yang
berkaitan dengan-Nya.
Perbedaannya
terletak pada aspek metodeloginya. Ilmu kalam, ilmu yang menggunakan logika.
Pada dasarnya ilmu ini menggunakan metode dialektika ( dialog keagamaan ).
Sementara itu, filsafat adalah sebuah ilmu yang digunakan untuk memperoleh
kebenaran rasional. Dan metode yang digunakan adalah rasional. Ilmu tasawuf
adalah ilmu yang menekankan rasa dari pada rasio. Sebagian pakar mengatakan
bahwa metode ilmu tasawuf adalah intuisi, atau ilham, atau inspirasi yang
datang dari Tuhan.
Menurut
“Mustafa abdur raziq (Badri : 2006), meskipun para penulis islam tidak menganggap
sepenuhnya bahwa ilmu kalam dan tasawuf teoretik sebagai suatu kajian filsafat,
mereka pandang keduanya sangat dekat dengan filsafat dan filsafat telah begitu
dominasi paradigma pembahasan keduaya sehingga keduanya telah berwarna
filsafat.”
Oleh sebab itu,
pemakalah ingin menyampaikan tentang hubungan ilmu kalam, tasawuf dan filsafat.
Serta mengetahui perbedaan diantara ilmu kalam, filsafat dan tasawuf.
B.
Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari ilmu kalam ?
2. Bagaimana
sejarah timbulnya ilmu kalam ?
3. Apakah definisi
dari tasawuf ?
4.
Apakah definisi
dari filsafat ?
5.
Bagaimana
persamaan antara ilmu kalam, filsafat dan tasawuf ?
6.
Bagaimana
perbedaan antara ilmu kalam, filsafat dan tasawuf ?
7.
Bagaimana hubungan
antara filsafat dan tasawuf ?
8.
Bagaimana
hubungan antara filsafat dan ilmu kalam ?
9.
Bagaimana
hubungan antara tasawuf dan ilmu kalam ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ilmu kalam
1. Pengertian Ilmu
kalam
Secara
harfiyah, ilmu kalam berarti pembicaraan atau perkataan. Dalam lapangan
pemikiran islam, istilah kalam memiliki dua pengertian : pertama, sabda Allah (
The Word of God ), dan kedua, ‘Ilm Al-kalam ( The science of kalam
).[1][1]
Dalam Al-Quran
istilah kalam ini dapat ditemukan dalam ayat-ayat yang berhubungan dengan salah
satu sifat Allah, yakni lafazh kalamullah.dalam surat An-Nisa Ayat 164 :
وكلم الله مو سى
تكليما (النساء:١٦٤(
Artinya : “Dan Allah telah berbicara kepada
Musa secara langsung.”( QS.An-Nisa ;164 ).
Menurut syaikh muhammad abduh(1849-1905)
ilmu tauhid atau disebut ilmu kalam,adalah ilmu yang membahas tentang wujud
Allah tentang sifat-sifat yang wajib tetap bagi-Nya.sifat sifat yang jaiz
disifatkan kepadanya dan tentang sifat mustahi dari pada-Nya.dan membahas
tentang rosul Allah untuk memetapkan kebenaran risalahnya,apa yang diwajibkan
atas dirinya,hal yang jaiz yang dihubungkan/dinisbatkan pada diri mereka dan
hal yang terlarang / mustahil menghubungkannya kepada diri mereka.[2]
Sebutan kalam, juga dipertegas oleh Nurcholish
Madjid, yang mengutip Ali Asy-Syabi bahwa antara istilah mantiq dan kalam
secara historis ada hubungan. Keduanya memiliki kesamaan, lalu antara kaum
Mutakallimun ( ahli ilmu kalam ) dan para filosof mengganti istilah mantiq
dengan kalam, karena keduanya memiliki makna harfiyah yang sama.
Ilmu ini
disebut dengan ilmu kalam, disebabkan persoalan yang terpenting yang menjadi
pembicaraan pada abad-abad permulaan hijriyah ialah apakah kalam Allah (
Al-Quran ) itu qadim atau hadits. Dan dasar ilmu kalam ialah dalil-dalil
pikiran dan pengaruh dalil pikiran ini tampak jelas dalam pembicaraan para
Mutakallimin. Mereka jarang mempergunakan dalil naqli ( Al-Quran dan Hadits ),
kecuali sesudah menetapkan benarnya pokok persoalan terlebih dahulu berdasarkan
dalil-dalil pikiran. Ilmu kalam kadang disebut dengan ilmu tauhid ( mengenai
keesaan Allah Swt) , ilmu usluhuddin ( membahas tentang prinsip-prinsip agama
islam ) dan ilmu akidah atau aqo’id ( membicarakan tentang kepercayaan islam
).[3][3]
2. Sumber-sumber
ilmu kalam
Sumber utama
ilmu kalam ialah Al-Quran dan Al-Hadis yang menerangkan tentang wujudnya Allah
Swt,sifat-sifat-Nya,dan persoalan akidah islam lainnya. tidaklah tepat kalau
ilmu kalam itu merupakan ilmu ke-islaman yang murni, karena diantara
pembahasan-pembahasannya banyak yang berasal dari luar islam,
sekurang-kurangnya dalam metodenya. Tetapi juga tidak benar kalau dikatakan
bahwa ilmu kalam itu timbul dari filsafat yunani, sebab unsur-unsur lain juga
ada. Yang benar ialah kalau dikatakan bahwa ilmu kalam itu bersumber pada
Al-Quran dan Al-Hadis yang perumusan-perumusannya didorong oleh unsur-unsur
dari dalam dan dari luar.
Salah satu
Faktor timbulnya ilmu kalam karena kebutuhan para mutakallimin terhadap
filsafat itu adalah untuk mengalahkan ( mengimbangi,pen ) musuh- musuhnya,
mendebat karena dengan mempergunakan alasan-alasan yang sama, mereka terpaksa
mempelajari filsafat yunani dalam mengambil manfaat ilmu logika, terutama dari
segi ke-Tuhanannya. Kita mengetahui An-Nazham ( tokoh mu’tazilah ,pen )
mempelajari filsafat aristoteles dan menolak beberapa pendapatnya.
Barang siapa
yang mengatakan bahwa imu kalam itu ilmu ke-Islam-an yang murni, yang tidak
terpengaruh oleh filsafat dan agama-agama yang lain, hal itu tidaklah benar.
Tetapi orang-orang yang mengatakan bahwa ilmu kalam itu timbul dari filsafat
yunani semata mata itu juga tidak benar. Karena islam menjadi dasarnya dan
sumber-sumber pembahasannya. Nash – nash agama banyak dijadikan dalil,
disamping filsafat yunani, tetapi kepribadian islam adalah menonjol. Ilmu kalam
merupakan puncak dari filsafat islam.
3. sejarah
timbulnya imu kalam
Sejarah
Timbulnya Ilmu Kalam Rasulullah SAW, selama di Mekkah mempunyai fungsi sebagai
kepala agama. Setelah hijrah ke Madinah fungsinya bertambah juga menjadi kepala
pemerintah. Beliaulah yang mendirikan politik yang di patuhi oleh kota ini,
sebelum itu di Madinah tidak ada kekuasaan politik. Setelah wafatnya
rasulullah, rosulullah digantikan dengan Abu Bakar, lalu Umar bin Khattab
selanjutnya digantikan Usman lalu Ali bin Abi Tholib. Usman merupakan khalifah
berlatarbelakang pedagang kaya raya. Tetapi, ahli sejarah mengatakan bahwa
Usman termasuk khalifah yang lemah, karena tidak dapat menentang keluarganya
yang berpengaruh berkuasa di pemerintahan. Sehingga mereka menjadi
gubernur-gubernur di daerah kekuasaan islam dengan mengganti gubernur-gubernur
yang dulu diangkat oleh Umar bin Khottob yang dikenal kuat dan tak memikirkan
keluarga. Tindakan politik Utsman memecat gubernur-gubernur angkatan Umar,
memancing reaksi yang tidak menguntungkan baginya. 500 orang memberontak di mesir
sebagai reaksi atas diberhentikannya gubernur Amru bin ‘Ash yang diangkat Umar
dan digantikan Abdullah bin Sa’ad bin Abi Sar dari kelurga Utsman yang berujung
tewasnya Utsman bin Affan. Setelah Utsman wafat, kekhalifahan diganti Ali bin
Abi Thalib. Tetapi segera dia mendapat tantangan dari Tholhah dan Zubair dari
mekkah yang mendapat dukungan dari Siti Aisyah. Gerakan ini dapat dipatahkan
oleh Ali dalam pertempuran di Irak tahun 656 M. Tholhah dan Zubair mati
terbunuh dan Aisyah maih hidup lalu dikirim kembali ke mekkah. Tak cuma di
sini, tantangan berikutnya muncul dari Mu’awiyah, gubernur Damaskus dan
keluarga dekat Utsman. Sebagaimana Tholhah dan Zubair, dia tidak mengakui Ali
sebagai kholifah. Ia menuntut kepada Ali supaya menghukum para pembunuh Utsman,
bahkan ia menuduh Ali turut campur dalam soal pembunuhan soal Ustman. Salah
seorang pemberontak mesir yang datang ke Madinah dan kemudian membunuh Utsman
adalah Muhammad Ibnu Abi Bakar yang tidak lain adalah anak angkat dari Ali. Dan
pula Ali tidak mengambil tindakan keras terhadap pemberontak-pemberontak itu,
bahkan Ali mengangkat Muhammad Ibnu Abi Bakar menjadi gubernur mesir. Terjadi
pertempuran antara pasukan Ali dan mu’awiyah di Shiffin, mu’awiyah terdesak,
Amr bin ‘Ash tangan kanan mu’awiyah mengangkat al-Qur’an ke atas sebagai tanda
ajakan damai. Para Qurro dari kalangan Ali menganjurkan untuk menerima sebagian
pasukan Ali menganjurkan menolaknya tetapi Ali memilih menerima. Dan dengan
demikian, dicarilah perdamaian dengan mengadakan arbitrase. Sebagai pengantara
diangkat dua orang : Amr bin ‘Ash dari mu’awiyah dan Abu Musa Al-Asy’ari dari
pihak Ali. Sebagai yang lebih tua Abu Musa maju terlebih dahulu dan mengumumkan
kepada orang ramai, putusan menjatuhkan kedua pemuka. Berlainan dengan Amr bin
‘Ash mengumumkan hanya menyetujui penjatuhan Ali, tetapi tidak penjatuhan
mu’awiyah. Bagaimanapun peristiwa ini merugikan Ali dan menguntungkan mu’awiyah
sebagai kholifah yang ilegal. Terhadap sikap Ali yang mau mengadakan arbitrase
menyebabkan pengikut Ali terbelah menjadi dua yakni golongan yang menerima
arbitrase dan golongan yang sejak semula menolak arbitrase, yang menolak
berpendapat bahwa hal itu tidak dapat diputuskan lewat arbitrase manusia.
Putusan hanya datang dari Allah dengan kembali kepada hukum-hukum Allah dalam
al-Qur’an, la hukma illa lillah (tidak ada hukum selain hukum dari Allah) la
hakama illa Allah (tidak ada pengantara selain Allah). Mereka menyalahkan Ali
dan karenanya keluar serta memisahkan diri dari barisan Ali (disebut kaum
Khawarij). Kaum khawarij memandang para pihak yang menerima arbitrase yaitu
Ali, Mu’wiyah, Amr bin ‘Ash dan Abu Musa Al-Asy’ari sebagai kafir dan murtad
karena tidak berhukum kepada hukum Allah berdasarkan firman Allah dalam surat
Al-Maidah 44, karenanya halal dibunuh: وَمَنْ لَمْ
يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ
B. TASAWUF
Ada yang mengatakan tasawuf dari kata “shafa”, artinya suci, bersih, atau
murni. Karena dari segi niatnya maupun tujuannya setiap tindakan kaum sufi,
dilakukan dengan niat suci untuk membersihkan jiwa dalam mengabdi kepada Allah
SWT.
Ada juga yang menyatakan bahwa ahl ash-shuffah adalah komunitas yang
hidup pada masa Rasulullah, dan senantiasa menyibukkan diri untuk beribadah
kepada Allah.
Imam Al-Ghazali dalam Ihya U’lum Ad-Din menyebutkan, Tasawuf adalah
budi pekerti. Berarti ia memberikan bekal bagimu atas dirimu dalam tasawuf.
Hamba yang jiwanya menerima (perintah) untuk beramal karena mereka melakukan
suluk dengan petunjuk islam, orang-orang zuhud yang jiwanya menerima perintah
untuk melakukan sebagian akhlak, karena mereka telah melakukan suluk dengan
petunjuk (nur) imannya. Mereka memiliki ciri khusus dalam aktivitas dan
ibadah mereka, yaitu atas dasar kesucian hati dan untuk pembersihan jiwa dalam
rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT. Mereka adalah orang yang selalu
memelihara dirinya dari berbuat dosa dan maksiat.[4][5]
C. FILSAFAT
Filsafat
berasal dari bahasa yunani philosophia. Yang berarti adalah cinta philia
kebijaksanaan ( sophia ). Menurut
analisis, kata ini muncul dari mulut phytagoras yang hidup diyunani kuno pada
abad ke-6 sebelum masehi. Oleh karena itu, orang yang mencintai kebijaksanaan
disebut sebagai philosophos atau filsuf. Orang yang mencintai kebijaksanaan
bukanlah orang yang sudah memiliki kebijaksanaan, melainkan orang yang terus
berupaya mencari kebijaksanaan.[5][9]
Menurut plato
filsafat tidaklah lain dari pada pengetahuan tentang segala yang ada.
Aristoteles kewajiban filsafat adalah menyelidiki sebab dan asas segala benda.
Dengan demikian filsafat bersifat ilmu yang umum.[6][10]
Berbicara
dengan berpikir sesungguhnya erat kaitannya dengan penggunaan sebuah potensi
terpenting yang dianugerahkan Allah SWT. Kepada satu-satunya makhluk yang
disebut manusia. Potensi terpenting yang dimaksud di sini adalah akal.
D. HUBUNGAN ILMU
KALAM, FILSAFAT DAN TASAWUF.
1.
Persamaan
Ilmu
kalam, filsafat dan tasawuf mempunyai kemiripan objek kajian. Objek kajian ilmu
kalam adalah ke-Tuhanan dari segala sesuatu yang berkaitan dengan-Nya. Objek
kajian filsafat adalah masalah ke-Tuhanan disamping masalah alam, manusia, dan
segala sesuatu yang ada. Sedangkan objek kajian tasawuf adalah Tuhan, yakni
upaya-upaya pendekatan terhadap-Nya. Jadi, dilihat dari aspek objeknya, ketiga
ilmu itu membahas masalah yang berkaitan dengan ke-Tuhanan.[7][13]
Baik
ilmu kalam, filsafat, maupun tasawuf berurusan dengan hal yang sama, yaitu
kebenaran. Ilmu kalam, dengan metodenya berusaha mencari kebenaran tentang
Tuhan dan yang berkaitan dengan-Nya. Filsafat dengan wataknya sendiri pula,
berusaha menghampiri kebenaran, baik tentang alam maupun manusia ( yang belum
atau tidak dapat dijangkau oleh ilmu pengetahuan karena berada diluar atau
diatas jangkauannya ), atau tentang Tuhan. Sementara itu, tasawuf- juga dengan
metodenya yang tipikal –berusaha menghampiri kebenaran yang berkaitan dengan
perjalanan spiritual menuju Tuhan.
2.
Titik perbedaan
Perbedaannya
terletak pada aspek metodeloginya. Ilmu kalam, sebagai ilmu yang menggunakan
logika- disamping argumentasi-argumentasi naqliyah berfungsi untuk
mempertahankan keyakinan ajaran agama, yang sangat tampak nilai-nilai
apologinya. Pada dasarnya ilmu ini menggunakan metode dialektika ( dialog
keagamaan ). Berisi keyakinan-keyakinan kebenaran agama yang dipertahankan
melalui argumen-argumen rasional. Dan dari segi tempat berpijak, Ilmu kalam
berpijak pada wahyu dan kesadaran adanya Tuhan.
Dari segi pembinaan,
ilmu kalam timbulnya berangsur-angsur dan dimulai dari beberapa persoalan yang
terpisah-pisah, akhirnya tumbuh aliran-aliran ilmu kalam.
Sementara itu,
filsafat adalah sebuah ilmu yang digunakan untuk memperoleh kebenaran rasional.
Dan metode yang digunakan adalah rasional. Filsafat menghampiri kebenaran
dengan cara menuangkan akal budi secara radikal ( mengakar ), intelegral
( menyeluruh ) dan universal ( mengalam ), tidak terikat oleh ikatan
apapun, kecuali oleh ikatan tangan nya sendiri yang bernama logika. Dan
berpijak dari akal pikiran dan kesadaran akan wujud diri sendiri.
Dari segi
pembinaannya, filsafat sejak semula sudah tumbuh diyunani dalam keadaan utuh
dan lengkap, sehingga ketika diterima kaum muslim tinggal memberi
penjelasan-penjelasan dan mempertemukannya dengan kepercayaan-kepercayaan
Islam.
Berkenaan
dengan keragaman kebenaran yang di hasilkan oleh kerja logika maka didalam
filsafat dikenal apa yang disebut
a.
kebenaran
korespondensi ( persesuaian antara apa yang ada dalam rasio dengan kenyataan
kebenaran yang ada dialam nyata ).
b.
filsafat
koherensi ( kesesuaian antara suatu pertimbangan baru dan suatu pertimbangan
yang telah diakui kebenarannya secara umum dan permanen. Jadi, kebenaran
dianggap tidak benar kalau tidak sesuai dengan kebenaran yang dianggap benar
oleh ulama umum ).
c.
Kebenaran
pragmatik ( sesuatu yang bermanfaat ( utility ) dan mengkin dapat dikerjakan (
workability ) dengan dampak yang memuaskan. Jadi, sesuatu dianggap tidak benar
jika tidak tampak manfaatnya secara nyata dan sulit untuk dikerjakan ).
Ilmu
tasawuf adalah ilmu yang menekankan rasa dari pada rasio. Sebagian pakar
mengatakan bahwa metode ilmu tasawuf adalah intuisi, atau ilham, atau inspirasi
yang datang dari Tuhan. Kebenaran ini disebut sebagai hudhuri, yaitu suatu
kebenaran yang objeknya datang dari subjek sendiri. Dalam sains dikenal dengan
ilmu yang diketahui bersama atau tacit knowledge, dan bukan ilmu proporsional.
Ilmu
kalam ( teologi ) perkembangannya menjadi teologi rasional dan teologi tradisional.
Dengan prinsip teologi rasional yakni hanya terikat pada dogma-dogma yang jelas
dan tegas dalam Al-Quran dan Hadits Nabi, dan memberikan kebebasan kepada
manusia dalam berbuat dan berkehendak serta memberikan daya yang kuat kepada
akal.
Prinsip
tradisional adalah terikat pada dogma-dogma dan ayat-ayat yang mengandung arti
selain arti harfiyah, tidak memberikan kebebasan kepada manusia dalam berbuat
dan berkehendak dan memberikan daya yang kecil pada akal.
Perbedaan metode ilmu kalam dengan ilmu-ilmu
keislaman lainnya :
1.
Filsafat islam
Filsafat yunani telah menarik perhatian kaum
muslimin, terutama sesudah ada terjemahan buku-buku filsafat yunani kedalam
bahasa arab sejak zaman khalifah al-Mansur ( 754-775 M) dalam mencapai
puncaknya pada masa Al-Makmun (813-833 M) dari khalifah bani Abbasiyah. Antara
ilmu kalam dan filsafat islam ada perbedaan cara pembinaannya. Ilmu kalam
timbul secara berangsur-angsur dan mula-mula hanya berupa hal yang terpisah.
Tetapi filsafat ini seakan-akan serentak. Sebab bahan-bahannya diperoleh dari
yunani dan sebagaimana dalam keadaan sudah lengkap atau hampir lengkap. Mereka
ahli-ahli filsafat itu tinggal mempertemukan dengan ajaran-ajaran islam.
Filsafat islam memasuki seluruh ilmu-ilmu keislam dimana ilmu kalam adalah
merupakan puncak kepribadiannya.
2.
Tasawuf
Ilmu kalam itu berlandasan nash-nash agama,
dipertemukan dalil-dalil pikiran dalam membahas akidah dan ibadah merupakan
amal badaniyah yang diupayakan dapat menetap kedalam hati nurani, sehingga bisa
membentuk jiwa beragama. Tasawuf lebih banyak menggunakan perasaan ( dzauq) dan
latihan kejiwaan (riyadlah) dengan memperbanyak amal ibadah. Kekuasaan
bani abbasiyah yang telah mulai mantap pada abad ke-2 H, dengan kekayaan negara
yang berlimpah, menyebabkan sebagai khalifah dan keluarhanya hidup
berfoya-foya, banyak melanggar syara’ dan sebagainya. Keadaan inilah yang
mendorong pesatnya gerakan sufi. ( Sahilun : 2012 )
Hubungan Ilmu
Kalam dengan Filafat
Filsafat yunani menarik sekali perhatian kaum
muslimim, sejak zaman Khalifah Al-Mansur (754-755 M) dan mencapai puncaknya
pada masa Al-Makmun (813-833 M) dari khalifah Abbasiyah. Ilmu rektorika, ilmu
tentang cara berdebat atau adabul bahtsi wal munadharoh sebagai bagian
dari filsafat yunani mendapat perhatian tersendiri dari kaum muslim, sebagai
suatu yang membicarakan tentang cara berdebat.
Karena ilmu kalam bercorak filsafat yang
menunjukkan ada pengaruh pikiran-pikiran dan metode filsafat, sehingga banyak
diantara para penulis menggolongkan ilmu kalam kepada filsafat. Sebagai contoh
Ibnu Khaldun ( Wafat 808 H/ 1406 M) mengatakan bahwa persoalan-persoalan ilmu
kalam sudah bercampur dengan persoalan-persoalan filsafat, sehingga sukar
dibedakan satu dengan lainnya. demikian pula penulis barat Tenneman atau H.
Ritter memasukkan mutakallimin ke dalam filosof Islam.[8][14]
Hubungan
Filsafat dan Tasawuf
Keduannya sama-sama berupaya untuk mengantarkan
manusia memahami keberadaan Allah, sehingga bersedia melakukan kebaikan dan
meninggalkan keburukan. Upaya untuk melakukan kebaikan dan meninggalkan
keburukan itulah yang dapat mengantarkan manusia pada kesempurnaan jiwa.
Dan dapat disimpulkan bahwa, filsafat lebih
bersifat teoritis, sementara tasawuf lebih bersifat praktis. Artinya, antara
filsafat islam dan tasawuf sama-sama berupaya untuk mengantarkan manusia agar
memahami keberadaan Allah. Filsafat sebagai sarana teoritis yang dapat
mengantarkan manusia kepada keyakinan praktis. Keyakinan praktis inilah yang
menjadi wilayah tasawuf. Jadi, tujuan belajar filsafat islam adalah mencapai
wilayah tasawuf.[9][15]
Hubungan ilmu
Tasawuf dengan ilmu Kalam
Kajian ilmu kalam akan lebih terasa maknanya
jika diisi dengan ilmu tasawuf.
Sebaliknya, ilmu kalam pun dapat berfungsi sebagai pengendali tasawuf.
Jika ada teori-teori dalam ilmu tasawuf yang tidak sesuai dengan kajian ilmu
kalam tentang Tuhan yang didasarkan pada Al-Quran dan Al-Hadis, hal ini mesti
dibetulkan. Demikian terlihat hubungan timbal balik di antara ilmu tasawuf dan
ilmu kalam.[10][16]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1.
Menurut syaikh
muhammad abduh(1849-1905) ilmu tauhid atau disebut ilmu kalam,adalah ilmu
yang membahas tentang wujud Allah tentang sifat-sifat yang wajib tetap
bagi-Nya.sifat sifat yang jaiz disifatkan kepadanya dan tentang sifat mustahi
dari pada-Nya.dan membahas tentang rosul Allah untuk memetapkan kebenaran
risalahnya,apa yang diwajibkan atas dirinya,hal yang jaiz yang
dihubungkan/dinisbatkan pada diri mereka dan hal yang terlarang / mustahil
menghubungkannya kepada diri mereka.
2.
Tasawuf dalam pandangan mereka merupakan latihan jiwa dan
usaha mencegah tabiat dari akhlak-akhlak yang hina lalu membawanya ke akhlak
yang baik, hingga mendatangkan pujian di dunia dan pahala di akhirat.
3.
Filsafat pada
dasarnya adalah perenungan yang mendalam mengenai sesuatu yanng dianggap atau
dinilai bermanfaat bagi kehidupan manusia.
4.
Baik ilmu
kalam,filsafat, maupun tasawuf berurusan dengan hal yang sama, yaitu kebenaran.
5.
Perbedaannya
terletak pada aspek metodeloginya.
6.
filsafat adalah
sebuah ilmu yang digunakan untuk memperoleh kebenaran rasional. Dan metode yang
digunakan adalah rasional.
7.
Ilmu kalam ( teologi ) perkembangannya menjadi
teologi rasional dan teologi tradisional. Dengan prinsip teologi
rasional yakni hanya terikat pada dogma-dogma yang jelas dan tegas dalam
Al-Quran dan Hadits Nabi, dan memberikan kebebasan kepada manusia dalam berbuat
dan berkehendak serta memberikan daya yang kuat kepada akal.
8.
Ilmu tasawuf
adalah ilmu yang menekankan rasa dari pada rasio. Sebagian pakar mengatakan
bahwa metode ilmu tasawuf adalah intuisi, atau ilham, atau inspirasi yang
datang dari Tuhan.
Saran
Diharapkan para
pelajar dan umumnya pada kita semua, untuk mempelajari ilmu kalam, tasawuf dan
filsafat untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan. Dan mengetahui peranan
tasawuf, filsafat dan ilmu kalam. Ketiganya sangat berperan penting dalam
bidang keilmuan dan sebagai wacana keislaman.
Ilmu kalam
merupakan disiplin ilmu keislaman yang banyak mengedepankan pembicaraan tentang
persoalan-persoalan kalam Tuhan. Dan filsafat adalah sebuah ilmu yang digunakan
untuk memperoleh kebenaran rasional. Dan metode yang digunakan adalah rasional.
Sedangkan Ilmu tasawuf adalah ilmu yang menekankan rasa dari pada rasio.
Sebagian pakar mengatakan bahwa metode ilmu tasawuf adalah intuisi, atau ilham,
atau inspirasi yang datang dari Tuhan.
Oleh sebab itu,
kita sebaiknya mengetahui secara spesifik perbedaan dan persamaan antara
ketigannya. Agar kita, khususnya mahasiswa tidak salah mengartikan tentang ilmu
kalam, filsafat dan tasawuf.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Amin.
Falsafah kalam di Era post modernisme. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR,
1997.
G, Adeng
Muchtar. Perkembangan ilmu kalam dari
klasik hingga modern. Bandung : PUSTAKA SETIA, 2005.
Jaiz, Hartono
Ahmad. Kumpulan Buku Hartono ( Tasawuf Belitan Iblis) Buku digital (Jakarta, 2005) html:www.nono
6.
Khaeruman,
Badri. Pemikiran Islam Tentang Teologi dan Filsafat. Bandung : Pustaka
Setia ,2006.
Madkour,
Ibrahim. Aliran dan Teori Filsafat
Islam. Jakarta : Bumi Aksara, 1995.
Muhaimin, Ilmu
Kalam Sejarah dan Aliran-aliran. Semarang : Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo, 1999.
Nasir, Sahilun
A. Pemikiran Kalam (Teologi Islam ) . Jakarta : RajaGrafindo Persada , 2012.
Rosihon, Anwar.
Ilmu Kalam. Bandung : Pustaka Setia, 2003.
Rozak, Abdul. Filsafat
Tasawuf. Bandung : Pustaka Setia, 2010.
Rozak, Abdul ,
Rosihon Anwar. Ilmu Kalam. Bandung : Pustaka setia, 2012.
Syam, Nina W. Filsafat sebagai Akar Ilmu Komunikasi .
Bandung : Simbiosa Rekatama Media, 2010.
Wattimena, Reza
A.A. Filsafat dan Sains ( Sebuah Pengantar ). Jakarta : Grasindo,
2008.
Zuhairini. Filsafat
Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi Aksara, 2008.
[1] Adeng Muchtar
G, Perkembangan ilmu kalam dari klasik hingga modern ( Bandung : Pustaka
Setia, 2005 ), 19.
[2]. Sahilun A.
Nasir, Pemikiran Kalam (Teologi Islam ) ( Jakarta : RajaGrafindo
Persada, 2012 ), 1.
[8][14] Muhaimin, Ilmu Kalam Sejarah dan Aliran-aliran.
(Semarang : Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 1999), 5.
Situs Judi Slot Online Rupiahslot88 - VIVA88
BalasHapusSitus Judi Slot Online Terbaik · 1. Slot Online Gacor Deposit Pulsa · 2. Pragmatic Play youtube to mp3 iphone · 3. Slot Online Spadegaming · 4. Habanero · 5.